![]() |
Gambar : sumber istimewa |
Naratawa.id - Kalau kita bicara soal Jepang hari ini, tidak bisa dilepaskan dari satu fakta penting bahwa populasi Jepang makin menyusut dan menua yang di sebut depopulasi .
Rata-rata usia orang Jepang adalah salah satu yang tertinggi di dunia.
Angka kelahiran menurun drastis.
Tenaga kerja muda makin sedikit.
Dampaknya? Jepang kekurangan orang untuk mengisi sektor-sektor penting, mulai dari kesehatan, perawatan lansia, konstruksi, manufaktur, hingga teknologi informasi.
Jepang tidak punya banyak pilihan selain membuka diri kepada pekerja asing. Tapi, ini langkah yang penuh perhitungan. Jepang terkenal hati-hati memilih mitra.
Beredar di sosial media bahwa jepang dan india sepakat pertukaran masayarakat dengan pertimbangan dan tujuan yang sangat mendukung pada pelestarian dan berkelanjutan negara jepang di berbagai sektor :
Di bawah ini kita simak tujuan dari kesepakatan jepang untuk pertukaran penduduk :
Kenapa Harus dengan India ?
Dalam masalah ini juga banyak yang bertanya kenapa harus india yang menjadi fokus jepang ?
Kenapa Jepang pilih India, bukan negara lain di Asia Tenggara atau bahkan Eropa?”
Jawabannya ternyata kompleks, melibatkan faktor ekonomi, politik, sejarah, hingga budaya.
India adalah negara dengan Bonus Demografi sementara Jepang sibuk menghadapi “Tsunami Usia Tua”, India justru mengalami bonus demografi.
Lebih dari 65% penduduk India berusia di bawah 35 tahun.
Tiap tahun, jutaan lulusan universitas dan tenaga kerja baru muncul, artinya India punya tenaga muda yang melimpah, siap bekerja, dan siap mencari pengalaman di luar negeri.
Nah, bagi Jepang ini adalah peluang emas. Mereka butuh tenaga muda india punya stok tenaga muda yang berlimpah.
Kesesuaian Kebutuhan : Supply dan Demand
Hubungan Jepang–India dalam pertukaran penduduk ibarat “puzzle yang pas”.
Jepang butuh tenaga kerja untuk mengisi sektor-sektor tertentu.
India butuh lapangan kerja dan juga kesempatan meningkatkan kualitas SDM.
Keduanya saling melengkapi.
Jepang tidak sekadar mencari pekerja, tapi juga mencari mitra jangka panjang India menawarkan keduanya.
Hubungan Diplomatik yang Stabil
Alasan lain : politik dan sejarah.
Jepang punya catatan sejarah yang rumit dengan beberapa negara tetangga, seperti Tiongkok dan Korea Selatan, ada luka masa lalu yang masih membekas.
Jika Jepang menjalin program besar-besaran dengan mereka, ada risiko politik, sentimen publik, bahkan gejolak sosial.
Sedangkan hubungan Jepang–India relatif bersih dari konflik sejarah, keduanya sama-sama demokrasi.
Keduanya punya kepentingan strategis melawan dominasi Tiongkok di Asia.
Dengan kata lain " India adalah mitra yang aman dan bisa dipercaya "
Faktor Geopolitik : Menandingi Tiongkok
Mari kita bicara tentang geopolitik.
Tiongkok hari ini adalah kekuatan besar yang menekan hampir semua negara di Asia, termasuk Jepang dan India.
Jepang merasa terancam dengan ekspansi Tiongkok di Laut Cina Timur dan Pasifik.
India punya masalah perbatasan yang panas dengan Tiongkok di Himalaya.
Keduanya punya “musuh bersama” yang sama.
Maka, mempererat hubungan bahkan sampai ke level pertukaran penduduk adalah bagian dari strategi besar untuk membangun aliansi anti-Tiongkok.
India Kuat di Pendidikan dan Bahasa
Alasan berikutnya :
India punya sistem pendidikan yang menghasilkan banyak lulusan di bidang teknologi, IT, kedokteran, dan teknik. Bahkan, banyak CEO perusahaan teknologi global (Google, Microsoft, IBM) berasal dari India.
Selain itu, bahasa Inggris adalah bahasa resmi kedua di India artinya, pekerja India lebih siap untuk bekerja di lingkungan global dibanding negara lain yang mungkin terkendala bahasa.
Bagi Jepang, ini menguntungkan, mereka bisa memanfaatkan SDM India di sektor profesional, bukan hanya di pekerjaan manual.
Program Spesifik Jepang–India
Jepang dan India tidak hanya berbicara di tataran wacana, mereka menandatangani Memorandum of Cooperation (MoC) untuk program Specified Skilled Worker (SSW).
Program ini memungkinkan tenaga kerja India masuk ke Jepang dengan status resmi untuk mengisi sektor di antaranya :
1. Kesehatan dan perawatan lansia
2. Konstruksi
3. Perhotelan
4. Pertanian
5. Perikanan
Program ini bukan sekadar “import tenaga kerja”. Tapi ada juga jalur untuk transfer keahlian. Jadi orang India tidak hanya bekerja, tapi juga belajar dan bisa kembali dengan keterampilan baru.