Starbuck Turun Kebun, Dukungan Starbuck terus menjalur kepada petani kopi di Indonesia !

Manager Coffee & Partner Engagement, PT Sari Coffee Indonesia (Starbucks) saat pendampingan petani kopi , Foto context.id

Naratawa.id - Kopi telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat dunia, termasuk di Indonesia. Sebanyak 2,2 miliar kopi dikonsumsi penduduk dunia setiap hari, bahkan telah menjadi trend minuman yang berbasis kopi telah menggurita di outlet ataupun ritel .

Di tengah tingginya konsumsi kopi dunia, komunitas petani kopi menghadapi ancaman nyata dari dampak perubahan iklim.

Ancaman ini diperparah dengan praktik pertanian yang tidak berkelanjutan di antara para petani, seyogyanya pemerintah turun tangan untuk mendapingi dan hilirisasi perkebunan kopi melihat perubahan iklim yang bisa di katakan terus memburuk .

Kopi Seruput Higt Quality

👉 Order disini

Menariknya Roberto Alonso Vega Alfaro, Vice President, Global Coffee Agronomy, R&D, and Sustainability di Starbucks, mengungkapkan bahwa para petani perlu mengadaptasi praktik modern yang berkelanjutan untuk menghadapi ancaman ini.

Starbucks memiliki 10 pusat dukungan petani di berbagai negara, salah satunya ada di Indonesia yang dibangun di Berastagi, Sumatra Utara.

Indonesia memegang peranan penting dalam perjalanan global Starbucks dalam menyajikan kopi-kopi terbaik di seluruh dunia, Starbucks dengan bangga mengambil sumber kopi dari berbagai daerah penghasil kopi di Indonesia sejak tahun 1971.

Dengan investasi jangka panjang dan inisiatif di lapangan seperti Farmer Support Center di Sumatera Utara, Starbucks telah menjalin kemitraan selama satu dekade dengan petani dan masyarakat Indonesia dalam upaya berkelanjutannya untuk memastikan masa depan kopi untuk semua.

Kabarnya Starbucks resmi mendonasikan 48 ribu bibit pohon kopi di tahun 2022 lalu kepada para komunitas petani di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Jawa Barat.

Kopi seruput sontoloyo ( Low Quality )

👉 Order disini

Dukungan Starbuck terus menjalur kepada petani dalam segi pendampingan seperti untuk degradasi tanah, misalnya, petani diajarkan cara membuat kompos dari limbah kopi yang biasanya dibuang

Namun, tak mudah mengajarkan petani untuk melakukan praktik yang tepat. Tantangan terbesarnya, kata dia, adalah mengubah perilaku atau kebiasaan yang telah dilakukan turun-temurun agar kelestarian petani kopi tetap terjaga dan menghasilkan panen yang melimpah .

(Ez/naratawa)